…apa yang kau cari, telah
kau miliki, bersamamu tanpa kau sadari…
(RSD_Langit Amat Indah)
Hari ini hujan turun seperti biasa,
namun keawetannya membuat suasana sekitar menjadi sedikit gelap, sehingga mereka
yang saya anggap menikmati hujan, akan memilih untuk berdiam diri di kamar,
membiarkan jendela terbuka, memanaskan air, atau menatap layar monitor dengan
berbagai ekspresi yang komikal. Bagi mereka yang telah berlelah-lelah menyambut
malam pergantian tahun, mungkin hujan yang turun kali ini adalah balasan yang
terlalu baik. Bayangkan saja, berapa banyak petasan mulai dari petasan cabe
rawit, petasan banting, sampai petasan teko yang bunyi ledakannya membuat orang
kalem menjadi sedikit geram (?). Ditambah kembang api yang kecantikannya justru
bisa merusak lapisan ozon. Ini baru di daerah Tamalanrea, saya belum sempat memikirkan
seberapa banyak jumlahnya ketika ditambah dengan yang ada di seluruh daerah di
Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi, Indonesia, Asia, Dunia, galaksi
Bimasakti, dan seterusnya. Jadi saya merasa bahwa hujan memang terlalu baik
hari ini.
Terima kasih hujan, kamu luar biasa (?)
Berbicara kembali tentang hujan, bahwa
hujan selalu memberikan saya inspirasi. Inspirasi menulis, mengkhayal, mengerjakan
tugas, lalu memikirkan takdir bagaimana saya di masa depan. Selalu berhasil
membuat saya mellow, di samping rasa kelaparan yang semakin bertambah. Maka untuk
menyiasati rasa kelaparan yang tak kunjung reda (?), saya akan bercerita
tentang sesuatu. Anggap saja ini tentang sebuah proses pencarian.
Salah seorang teman saya berkata, “sebenarnya
tugas kuliah kita itu gampang, Cuma kita yang selalu menghadapinya dengan
ketakutan. Sedikit-sedikit sudah mengeluh, padahal belum mencoba mengerjakan”. oke,
jleb!! Saya tertohok! Rasa-rasanya ingin memberi piala penghargaan pada teman
saya saat itu juga. Bahwa memang benar, ketika kita memulai sesuatu dengan
keluhan, maka tanpa kita sadari, kita telah mengurangi bekal-bekal semangat dan
potensi yang sebenarnya telah tertanam dalam diri kita. Membiarkannya hangus
tanpa digunakan sebagaimana mestinya. Hasilnya, tugas itu akan lama masa
eksekusinya.
Terkadang memang kita butuh “dipaksa”,
maksudnya dipaksa agar potensi yang sebenarnya
telah kita miliki mampu teraktivasi dan teraplikasi secara maksimal, pada
jalan yang benar dan pada saat dibutuhkannya.
Teringat lagi perkataan teman saya yang
mungkin telah menjadi seorang trainer bahwa potensi dengan kekuatan tanpa batas
(Unlimited Power) telah tertanam dalam diri kita masing-masing. Jujur saya
ngeri mendengarnya. Mengapa? Karena ketika potensi luar biasa itu tidak kita
manfaatkan di jalan yang benar, maka tunggulah kehancuran massal menimpa kita. Sekarang,
sudah banyak bukti-bukti di depan mata kita. Orang-orang yang berpotensi luar
biasa justru adalah pedzolim kelas kakap di negeri kita. Naudzubillah.. Semoga
perlindungan Allah senantiasa menyertai kita.
Sehingga saya semakin menyadari bahwa menetapkan
sebuah motivasi (self motivation) dalam kerja-kerja kita adalah hal yang mutlak
perlu. Misalnya “apa dan siapa motivasi kita untuk sebuah hal?” menarik bukan?
Dengan menetapkan sebuah motivasi, maka tak ada alasan untuk mengeluh sebelum
bertindak. Namun tetap harus diingat, bahwa berkah dari kerja-kerja kita
tergantung baik/ tidaknya motivasi yang kita tetapkan.
Jangan sekali-sekali seperti kembang
api atau petasan tadi. Menyediakan kesenangan sesaat. Setelah itu, orang-orang
akan merasakan dampaknya di kemudian hari. Andai mereka tahu, bahwa langit akan
tetap indah tanpa ornamen-ornamen buatan manusia. Cukup membiarkannya biru terang
di siang hari dan hitam pekat di malam hari.
Cukup seperti itu saja. Langit akan
tetap manis.
Salam KUPER !!!
Ka' Salki....... tulisannnya selalu menginspirasi saya :) hehe...
ReplyDeleteAlhamdulillah. Sembari dikritik yaa :)
DeleteOh iya Ida, tulisannya kemarin yg Kaname itu, sepertinya saya tau siapa orangnya :D