Saturday, August 28, 2010

Menyibak Aku Melalui Kalian

Jujur, awalnya saya tidak bisa membayangkan bagaimana momen satori delapan pekan itu bersama kalian. Delapan pekan dalam himpunan pribadi yang mesti “disesuaikan” atau dipaksa menjadi sama. Delapan pekan yang menurutku adalah waktu yang lama ketika dibandingkan dengan PBL dua pekanan yang sudah berhasil saya “tamatkan”. Sekilas pintas, saya melihatnya seperti membangun sebuah miniatur keluarga kecil tanpa perabot. Orang-orang di dalamnya-lah yang harus menyiapkan sendiri perabot-perabot itu dan mengumpulkannya agar bisa digunakan atas dasar simbiosis mutualism. Ya, kita semua harus saling menguntungkan.

Namun ketika dijalankan, saya mulai menemukan banyak pengalaman menarik. Setiap dari kalian ternyata menghadirkan dinamika yang berbeda-beda dan tak terduga-duga. Terkadang tertawa bersama, atau malah bisu bersama. Dan ketika kita membuka diri secara total pada keberadaan seseorang, ternyata setiap dari kita memancarkan kecantikan dan keindahan yang luar biasa, terlepas dari penilaian fisik yang berlaku umum di masyarakat. Dalam parade delapan pekan itu, tak jarang saya tertegun, mengagumi “keindahan” yang terhampar dari kalian. Membuat saya merenung, jangan-jangan di dunia ini tidak ada yang sesungguhnya tidak indah, hanya kita yang tak pernah memberikan perhatian penuh sehingga keindahan itu kerap luput dari pandangan kita. Tak salah memang, ketika rumah tempat kita bernaung dijuluki “posko ceria”. Senyum kalian, yaa…. Senyum tulus itu, saya baru menyadari betapa makna dibalik senyum dan keceriaan kalian mampu mengubah sedikit ke-introvert-an saya selama ini. Pribadi yang dengan sangat seringnya kalian manfaatkan untuk memecah suasana hening demi dua kata “posko ceria”.

----------------------------------------------------------------------

Untuk kordes Econg, kordes yang amat sangat bertanggung jawab menurut saya. Jangan pernah bosan untuk selalu meminta maaf ketika dirimu merasa berbuat kesalahan. :D.

Untuk Steven (maaf, saya tak biasa memanggilmu dengan panggilan “Epeng”). Bersyukurlah atas bakatmu yang mampu membuat orang tertawa. Percayalah, bahwa tidak semua orang bisa sepertimu. Dan percayalah,hanya orang-orang yang mirip Bernard Bear-lah yang bisa melakukannya…. :p

Untuk Mail, sadarkah kalau dirimu itu cerdas. Kamu pernah bilang, jangan suka memendam sesuatu. Dan saya menjawab, sesuatu (apapun itu), jika diutarakan bukan pada waktunya, tak bedanya ketika kita memetik buah yang belum ranum. Manisnya tidak bisa kita rasakan..:D

Untuk Tauhid & Kak Ronal, dua manusia cuek sepanjang delapan pekan itu, terima kasih atas karya jepretan kalian yang menembus kapasistas 2 GB. Sampai merah mata ini melihatnya.. :D.. untuk Tauhid, pisang lumpur tidak pake telur. :D.

Untuk mba Yennie (duplikat Sandra Dewi), Hera (duplikat boneka Susan), Ama, Rahma, Emie (duplikat Sarah Vi), dan Nir, terima kasih buat semuanya, Kapan-kapan, kita lomba bikin pisang lumpur KL yaaa… Biar Steven dan Mail yang jadi jurinya… Saya yakin, indera pengecap mereka berdualah yang paling sensitif dalam hal makanan.. :D

Pokoknya, sukses buat kalian. Semoga kita semua dimudahkan dalam penyusunan skripsi nanti…. Amiin…