Tuesday, June 22, 2010

Belajar dari Pak Usman..

Kalau di PBL II saya bercerita tentang sosok pahlawan cilik bernama Agus, sekarang di PBL III saya ingin berbagi pengalaman hidup seorang warga tempat saya dan teman-teman melakukan intervensi dan evaluasi program. Sebut saja namanya Pak Usman..

Pagi itu, kami bertemu dengan beliau ketika evaluasi program intervensi hendak dilakukan. Tak jauh beda dengan 12 bulan yang lalu. Pak Usman masih tampak garang dengan tubuhnya yang tingg besar.

Seperti biasa, Pak Usman menyapa kami duluan. Beliau memang sosok yang ramah. Setiap kali bertemu, beliau tak akan segan menyapa walaupun hanya dengan senyuman.

Karena waktu itu cuaca sedang tak bersahabat, maka kami pun berteduh dan duduk sejenak berbincang-bincang dengan Pak Usman. --Kondisi yang sebenarnya sangat tidak saya inginkan--. Saya masih ingat ketika 12 bulan yang lalu mendapat tugas mendata di rumah Pak Usman. Niat ingin melakukan wawancara, tapi justru saya-lah yang diwawancarai. Walhasil, wawancara di rumah beliau menghabiskan waktu yang lumayan lama. Beliau juga menceritakan pengalaman hidupnya. Mulai dari pengalamannya selama di buih Cipinang sampai di buih Makassar. Aksi premanisme kerap kali dilakukannya hingga pernah suatu waktu menimbulkan bencana kebakaran. Memang agak berlebihan menurut saya, tapi inilah kenyataannya. Takdir bertemu dan mesti mewawancarai seorang (mantan) preman, dan mantan narapidana.

Pak Usman hidup berdua dengan istri keduanya di rumah itu. Sambil nyeloteh, katanya beliau ingin punya empat istri. Pak usman termasuk perokok kelas berat, dari hasil wawancara itu, beliau mengaku bisa menghabiskan 3-4 bungkus rokok tiap harinya. Bisa dibayangkan berapa kocek rupiah yang mesti Pak Usman keluarkan tiap harinya hanya untuk membeli “barang haram”itu. Terlebih lagi kondisi ekonominya yang terbilang menengah dan kondisi tempat tinggal Pak Usman waktu itu. Tak ada sekat yang memisahkan ruangan di rumah kecilnya. Miris memang, tapi saya yakin Pak Usman dan istrinya bahagia menjalaninya. Buktinya mereka masih bisa senyum, masih bisa tertawa saat diwawancarai.

Di balai-balai tempat kami duduk tadi, (lagi) Pak Usman berbagi cerita tentang pengalaman hidupnya. Alhamdulillah, kini beliau sudah tidak merokok lagi. Berkat sang istri katanya.

Katanya, tanpa sepengetahuan beliau, dalam beberapa bulan terakhir, istrinya sengaja mengumpulkan puntung rokok dalam satu kardus besar tiap kali beliau selesai merokok. Suatu hari ketika membersihkan rumah, Pak Usman tidak sengaja menemukan kardus itu dan langsung menanyakan kepada sang istri apa maksud ia menyimpan puntung rokok dalam kardus. Kata istrinya, inilah yang membuat kita miskin. Dalam beberapa bulan saja, kardus itu bisa bernilai jutaan rupiah bila diuangkan. Pak Usman lalu menghitung tiap puntung rokok yang ia hisap dalam waktu beberapa bulan saja. Betul, ketika diuangkan kardus yang berisi puntung rokok tersebut bisa bernilai jutaan rupiah dan Pak Usman baru menyadarinya. Alhamdulillah, kejadian itu membuat Pak Usman tidak merokok lagi. “Uangnya lebih baik ditabung” katanya.

Mmm… dalam hati “yang penting uangnya jangan dipakai untuk menikah lagi ya Pak”… :)

Setelah itu, kami berpamitan dan bergegas lagi menuju dusun Kampong Toa untuk melakukan evaluasi program intervensi kami. Hujan pagi itu sungguh memberikan semangat baru buat kami.

Pikir-pikir, sepertinya intervensi kami di PBL II kemarin bisa dibilang berhasil. Berhasil memberhentikan Pak Usman merokok, walaupun sebenarnya ini semua berkat istri Pak Usman.. :D. Tapi tidak apa-apa lah..Usut punya usut, ternyata istri Pak Usman adalah salah satu peserta penyuluhan kami di PBL II…:D

Sayangnya, kami tidak sempat bertemu Agus. Kata teman-temannya, Agus ada di sekolah, lagi mengulang ujian tata boga katanya………(LOL)

190610 @Posko PBL III

Desa Rappoa, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng..

*(sepertinya) aku akan merindukan desa ini..*

Tuesday, June 8, 2010

Aku ingin ke sana...

Kawan….

Pernahkah kalian membayangkan suatu tempat yang jauh dari penginderaan?

Tempat yang memberimu kebebasan

Tempat dimana tak akan ada yang bisa mengekangmu

Bebas….bebas kawan…

Tak akan ada paksaan, tak akan ada ketakutan, dan tak akan ada air mata..

Yang ada hanya senyumanmu dan senyum orang-orang di sekitarmu…

Di sana… kalian akan merasakan kedamaian

Di sana… kalian akan merasakan betapa nikmatnya ketenangan jiwa…

Hal yang sebenarnya sudah sangat lama kalian idamkan, bukan…??

Di sana… kalian akan sangat bersahabat dengan langit biru dan permadani rumput-rumput hijau

Atau mungkin, dengan air bening yang amat menyejukkan…

Dan tahukah kalian...??

Aku pernah membayangkan tempat itu..

Bahkan baru saja merasakan indahnya bermimpi tentang tempat itu…

Aku (sangat) berharap bisa ke tempat itu kawan….

Dan suatu hari nanti bisa menginjakkan kaki,

Bersama dengan orang-orang yang kucintai dan kusayangi

Semoga mereka tahu...