Wednesday, November 18, 2020

Tilik


Kuteringat sebuah rumah dengan langkah-langkah ringkih kita ke sana selama bertahun-tahun. Kita menaiki tangga perlahan dan masuk ke sebuah ruangan dengan bau ampas kopi yang semerbak.
Kamu melempar tas dan membiarkanku menjelajah isi kamarmu. Kamu lalu tertidur lelap sekali tanpa kipas angin yang menemani.

Aku putuskan menunggumu sambil mendulang kenangan tempat ini. Kubuka rak bukumu yang sedikit berdebu dan mendapati beberapa buku yang masih bersampul mika. Kamu lantas tertidur lelap, lelap sekali.

Matahari berangsur turun, gelap sudah tempat ini dan kamu masih juga tertidur lelap. Kuputuskan untuk pergi pelan-pelan, tanpa membangunkanmu.

Kuhalau matahari dengan bukumu yang masih bersampul mika. Kubawa ia ke tempatku, agar ada alasan untuk bertemu kembali.

Di Sabtu siang, di tempat lain, aku memanaskan air lalu menyeduh kopi. 

Tiba-tiba ada deru yang membuatku sesak
Aku ingat kamu.

Kamu jangan sedih, ya!
Kupeluk kamu dengan do'a
Sedari kini hingga nanti-nanti.

Tuesday, November 17, 2020

Dari Balik Jendela

Yang mereka tahu, hujan adalah waktu yang baik untuk duduk dari balik jendela, sambil minum susu kurma.
Bercerita tentang kepulangan dan hadiah-hadiah yang membahagiakan.

Meski sudah dimarahi ibu, mereka tetap bisa membuat haru, berkali-kali.

Karena mereka, ibu berusaha kuat

meski yang lain t'lah buat ibu penat.