Saya akui daerah penelitian kami ini memang sangat menantang dan hanya orang-orang hebatlah -hebat fisik, hebat mental- yang mampu menaklukkannya Tapi hal yang membuat kami takjub adalah hamparan laut dua warna, langit biru, dan deretan gunung-gunung yang akan sangat mudahnya kami temui, masyarakat yang ramah, masakan rica, dan milu siram. Juga nasib seorang enumerator yang dikejar orang gila :’(.
Sungguh dua pekan yang menghadirkan cerita baru dalam buku kehidupan saya -dan saya memang sangat menghargai itu- bagaimanapun adanya.
Kopiah karanjang untuk bapak, jilbab kerawang untuk ibu, baju kerawang untuk Dirga, kue-kue pia untuk teman-temanku, dan rindu yang sangat yang entah untuk siapa. Semuanya saya bungkus dan bawa pulang ke Makassar.
Alhamdulillah rombongan kami tiba di Makassar dengan kondisi yang sehat setelah sebelumnya tidak sempat bertemu briptu Norman.. :D.
Semoga bisa ke sana lagi suatu hari nanti.
Karena watia motohilo hulondalo..