Sunday, May 29, 2011

Dua Pekan di Kerajaan Nani Wartabone

Dari dulu, saya memang tertarik untuk mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat di suatu tempat, karena mempelajari mereka sama halnya dengan menggali lebih dalam sumur kesyukuran yang ada dalam diri kita. Bahwa kuasa Sang Pencipta takkan pernah kita indera berapa hitungannya dan sejauh mana jangkauannya. Dan benar saja, ketertarikan ini membawa saya pada satu kesempatan yang saya yakin akan menambah pengalaman saya nantinya. Ya, ini adalah pengalaman pertama saya-sejak lulus kuliah- ikut andil dalam sebuah penelitian kesehatan dasar bersama ketiga rekan saya yang sangat saya sayangi :D. Dan takdir membawa kami ke kerajaan Nani Wartabone. Setelah dua hari pelatihan, akhirnya kami dibagi dalam beberapa tim yang siap bergerilya ke desa-desa. Satu tim itu terdiri atas dua enumerator dan partner kami adalah mahasiswa lokal yang akan membantu, terutama ketika kami menghadapi kesulitan bahasa nantinya. Di desa, kami tinggal di rumah ayahanda (panggilan hormat untuk kepala desa).

Saya akui daerah penelitian kami ini memang sangat menantang dan hanya orang-orang hebatlah -hebat fisik, hebat mental- yang mampu menaklukkannya Tapi hal yang membuat kami takjub adalah hamparan laut dua warna, langit biru, dan deretan gunung-gunung yang akan sangat mudahnya kami temui, masyarakat yang ramah, masakan rica, dan milu siram. Juga nasib seorang enumerator yang dikejar orang gila :’(.

Sungguh dua pekan yang menghadirkan cerita baru dalam buku kehidupan saya -dan saya memang sangat menghargai itu- bagaimanapun adanya.

Kopiah karanjang untuk bapak, jilbab kerawang untuk ibu, baju kerawang untuk Dirga, kue-kue pia untuk teman-temanku, dan rindu yang sangat yang entah untuk siapa. Semuanya saya bungkus dan bawa pulang ke Makassar.

Alhamdulillah rombongan kami tiba di Makassar dengan kondisi yang sehat setelah sebelumnya tidak sempat bertemu briptu Norman.. :D.

Semoga bisa ke sana lagi suatu hari nanti.

Karena watia motohilo hulondalo..

Saturday, May 7, 2011

Adik-adikku Menulis Tentang Mimpi

Ini mimpi kami lima tahun yang akan datang. .

“Saya ingin terus sekolah terus mencari pekerjaan untuk membiayai sekolah saya. Terus saya ingin membahagiakan orang tua saya. Cita-cita saya adalah penulis buku. Buku itu akan saya beri judul “Dunia Pesantren”. Terus kalau buku saya laku keras, saya ingin pergi bersama orang tua saya ke tanah suci. Sesudah itu saya ingin membiayai sekolah adik saya sampai dia tamat sekolah” (Ayu)

“Saya ingin bekerja terlebih dahulu untuk membantu orang tua dan melanjutkan sekolah dengan biaya sendiri dengan cara jualan kue-kue”. (Irani)

“Saya akan lebih giat lagi belajar untuk menjadi anak yang berprestasi, saya akan membanggakan orang tua. Jadi anak yang akhlaknya baik dan jadi dokter. Karena itulah cita-cita saya”. (Alif)

“Saya akan berlatih keras untuk meraih cita-cita saya yaitu mujahid”. (Sofyan)

“Melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan menjadi orang yang bisa membanggakan orang tua dan keluarga saya”. (Tihsan)

“Saya akan bersekolah setinggi langit untuk mencapai cita-citaku menjadi guru penari. Saya ingin memilih menjadi guru penari karena waktu kecil hingga saat ini saya suka sekali menari. Maka itulah saya ingin bersekolah yang baik dan saya ingin sekali mencapainya, amin”. (Milda)

“Dokter, orang sukses, membahagiakan kedua orang tua, menjadi orang yang dibanggakan orang tua dan Allah, pergi ke rumah Allah, menjadi anggota penerbangan, mendapatkan title yang banyak (SE, Dr, Prof), membangun masjid dan pesantren”. (Akhir)

“Dan, ketika mimpi-mimpi itu muncul dalam imajimu, maka abadikanlah ia di atas kanvas kehidupanmu”

Doakan kakakmu dan mimpi-mimpinya !