Thursday, May 28, 2020

Sedikit Cerita tentang Bulan-Bulan Sunyi

Tiga bulan sudah menjalani kehidupan baru di rumah saja. Tanpa gemerlap lampu-lampu kota, tanpa bising suara kendaraan lewat, dan tanpa suara khas suami mencari kunci motornya. Bulan-bulan yang memberi banyak pelajaran dan tempaan, bagi saya. Suatu ketika gagal padahal sudah berusaha. Suatu ketika rindu, tapi mau bagaimana?

Saya pernah memikirkan kondisi suami banyak-banyak. Dia sedang apa? Lagi dimana? Amankah kondisinya? Akhirnya sedih sepanjang hari. Lalu saya menyadari bahwa ini bukanlah perasaan peduli yang sebenarnya. Saya terlalu memikirkan sampai lupa pada tempat bertumpu yang sebenarnya.

Mentok lagi, mengadu lagi dan akhirnya sampai pada hikmah di sebaliknya.

 
Bulan Ramadhan hadir mengubah segalanya. Tahun lalu masih sering mengeluh mengatur waktu antara pencapaian target harian Ramadhan dengan mengurusi kebutuhan rumah tangga. Alhamdulillah tahun ini Allah buka kesempatan untuk memperbaiki kekurangan itu selebar-lebarnya. Anak-anak sudah semakin besar, sudah mampu bermain sendiri dan memenuhi keinginannya untuk makan, minum, dan beristirahat.

Lama kelamaan saya mulai menemukan ritme. Nikmati saja, tidak perlu diburu-buru waktunya, jalani hidup sebagaimana mestinya, dan itu sangat menyenangkan lagi menenangkan.

Saya tidak ingin berbicara tentang betapa banyaknya kesedihan di bulan-bulan sunyi ini. Saya hanya ingin berbagi pengalaman bagaimana saya mengontrol kesedihan atas semua yang telah Allah gariskan dalam proses menjadikan saya lebih baik. Pun sebagai bentuk cinta-Nya kepada saya. Tetap pelihara prasangka baik kepada-Nya, cobalah jenguk kebiasaan masa kecilmu, dan tidak ada salahnya untuk menanam dan merawat tanaman kesukaanmu.

 
Tenang saja! Pandemi ini akan berakhir, biidznillah.