Sunday, July 22, 2012

Sepatutnya

Ada saat dimana kau merasa kehilangan motivasi. Lalu perlahan menunjuk salah pada diri. Ketika itu, cepat-cepatlah beristighfar, barangkali ada yang salah dengan penyesalan dosa-dosamu.

Ada saat dimana kau merasa tinggi tak terperi, sampai-sampai orang lain kau anggap tak berarti. Ketika itu, cepat-cepatlah beristighfar, barangkali ada yang lalai di hatimu.

Ada saat dimana kau tiba-tiba asing dengan kata syukur di sebuah pagi. Ketika itu, lihatlah hal-hal baik yang pernah dan pantas kamu syukuri, yang telah atau belum kau miliki.

Ada saat dimana kau merasa sendiri, jauh dari mereka yang sering kau ajak berbagi. Ketika itu, ingatlah kembali bahwa kau memiliki tangan yang menengadah ke langit. Sesekali bergetar disusuki air mata penyesalan. Lalu dipenuhinya airmata itu dengan jeritan-jeritan hati pendosa. 
Di sana, selalu ada harap yang terbang menghadap, lalu disusulnya dengan sebentuk kepasrahan. 

Hingga, sudah sepatutnya kau berbahagia sedalam-dalamnya. Bahwa kau memiliki Dia yang selalu mengasihi, menyayangi, tanpa perlu kau mintai.  

Saturday, July 14, 2012

Denting Ramadhan

Laiknya tamu kehormatan, maka kedatangan bulan Ramadhan pun sangat perlu disambut dengan persiapan yang matang. Selagi masih ada waktu kurang dari sepekan, maka mari menyiapkan ramadhan kita agar lebih berkualitas di mata Allah. 

         a.        Persiapan Ruhiyah (iman)
Mengingat bulan Ramadhan penuh berkah, ampunan, dan pahala yang berlipat-lipat, maka kita juga kudu semangat melakukan ibadah-ibadah wajib dan sunnah sepanjang bulannya. Dan karena kita kudu semangat, maka sangat penting untuk ‘mensucikan diri’ sebelum memasuki bulan yang suci ini. Sebisa mungkin jauhi lebih jauh lagi aktivitas-aktivitas yang berpotensi menimbulkan kemaksiatan, lebih mengedepankan prasangka baik kepada Allah dan hamba-hambaNya, lebih mudah memaafkan, serta mempererat lagi silaturrahim dengan orang-orang saleh.
Persiapan ruhiyah yang baik akan memberikan dampak luar biasa pada kebersihan hati. Semakin bersih hati, maka semakin siap pula diri kita bertemu dengan bulan Ramadhan-Nya.

         b.        Persiapan Fisik
Salah satu syarat wajib puasa adalah ‘mampu’ melaksanakan. Untuk menjadi mampu, maka kondisi fisik sangat diperhitungkan di sini. Tetap jaga kesehatan bagi yang sudah sehat, dan semoga lekas sembuh bagi yang sakit agar kita sama-sama bisa menghirup udara ramadhan, amin.
Insya Allah, kalau puasa kita ‘benar’, maka kita akan bertambah sehat. Sehat dapat, pahala juga dapat.

         c.         Persiapan Finansial
Sahur pakai apa? Buka puasa pakai apa? Sadaqah pakai apa?. Ayolah kita menabung. *peringatan keras untuk mahasiswa yang tidak pulang kampung.

        d.        Persiapan Ilmu
Banyak baca. Baca apapun yang berhubungan dengan fiqih puasa Ramadhan, banyak menghadiri majelis-majelis ilmu, banyak mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an. Jangan lupa juga untuk banyak belajar tentang menu-menu sahur dan buka puasa yang memenuhi syarat à sehat, lezat, nikmat.

         e.         Persiapan Khusus (Muslimah)
Karena kita (perempuan) punya tugas tambahan (menyiapan sahur dan buka puasa) di bulan Ramadhan, maka agenda-agenda yang sifatnya peningkatan ruhiyah di bulan Ramadhan harus betul-betul diatur dengan baik. Misalnya, tilawah minimal 2 lembar setiap kali selesai shalat-shalat sunnah (tarawih, tahajjud) di malam hari, shalat dhuha, dan setiap selesai shalat lima waktu. Kalau dirutinkan, maka minimal kita bisa tilawah sebanyak 16 lembar atau 1.6 juz per hari. Dan dalam waktu 20 hari, kita bisa satu kali khatam ( antispasi kilat siklus menstruasi :D). Bagi yang  bisa tilawah lebih dari target 1.6 juz per hari, itu lebih bagus lagi. Yang jelasnya, tidak ada alasan bagi kita (perempuan) untuk tidak mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Berkahnya juga berlipat lipat man, eh sist..*asyik.
Nah, terus apa saja yang bisa dilakukan pada saat menstruasi? Kalau saya pribadi sih ya, ketika menstruasi, maka saya semakin merajinkan diri untuk sadaqah (nitip uang celengan ke teman-teman yang mau ke masjid, jangan lupa nominalnya dinaikkan bos), semakin semangat empatlima membantu menyiapkan sahur dan buka puasa (mengingat pahalanya sama dengan orang-orang yang berpuasa, hihi), membaca dan memahami terjemahan Al-Qur’an (kalau bisa dikhatamkan juga), serta bertindak sebagai yang suka mencoba makanan berbuka puasa. Yang ini insya Allah akan ada pahalanya juga kalau niatnya ikhlas memberikan buka puasa terbaik bagi yang berpuasa.

Persiapannya sudah. Semoga pertemuan dengan bulan Ramadhan menjadi keniscayaan. Kita bisa mempersembahkan ibadah Ramadhan yang terbaik untuk Sang Pencipta, memperoleh ampunan-Nya dan siraman berkah-Nya sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang kembali fitrah di hari suci-Nya nanti dan di hari-hari selanjutnya dalam masa hidup kita.
Amin yaa rabbal ‘aalamin…

Mohon maaf atas kekhilafan. Semoga ada berkah di balik ketidaksempurnaan.

Thursday, July 5, 2012

Nadjabagza


Semoga mata kalian tidak bosan melihat dan membaca. Bahwa lagi dan lagi saya belajar, saya menasehati diri sendiri melalui apa yang saya tuliskan. Adapun ketika pesan itu sampai dan bisa dicerna oleh kalian, sungguh itu adalah bonus yang bernilai luar biasa bagi saya. Karena dari awal, walaupun sangat tidak begitu fasih, saya menulis dengan harapan bahwa ada barang sepucuk hikmah yang bisa saya dan kalian petik dari apa yang saya tuliskan. 

Belajar tentang syukur, lagi-lagi saya mencoba menerjemahkan bahwa syukur adalah manifestasi dari apa yang kita lihat dan kita pikirkan. Bahwa tanpa syukur, selebih apapun kamu, kamu akan selalu merasa kurang. Meningkatkan pembilang dan mengurangi penyebut agar hasilnya semakin besar, kembali mengulangnya, lagi dan lagi, sampai hasilnya mentok pada hasil tak terhingga.

Sedangkan, pada saat yang sama, kondisi akan berbeda seratus delapan puluh derajat ketika  melihat mereka yang menyebut syukur sebagai dua kertas seribuan, sepiring nasi, seliter terigu, sebotol susu, sepasang sepatu sekolah, buku gambar, obat pereda rasa nyeri, bangku sekolah, sandal jepit, baju koko, securah minyak goreng, dan sepenggal senyum yang membuat mereka tidak pernah berpikir untuk merasa iri pada sekerat roti dan sepotong daging.

Bahwa saya belajar memosisikan diri untuk membuat syukur itu menjadi niscaya. Dan ketika saya bertanya pada diri saya sendiri, lebih dekat, maka syukur itu seperti matahari pada pukul setengah enam pagi. Ketika cahayanya tepat menembus lingkaran-lingkaran kecil pada dinding rumah. Kemudian memandang ibu mulai menyalakan kompor, dan saya yang mulai menyapu ruang tamu sampai sudut dapur, membuka jendela, membuatkan kopi untuk bapak, nonton ceramah, melihat bapak memanaskan mesin sepeda motornya, lalu duduk-duduk di tangga teras depan sambil menghitung bocah-bocah SD yang tak pernah saya lihat sebelumnya, berjalan beriringan menuju sekolah, sesekali berlari-lari kecil saling kejar. Mengingat-ingat lagi bahwa dulu, dulu sekali ketika saya seumuran mereka, saya belum bisa mengepang rambut sendiri, dipaksa sarapan dengan iming-iming uang jajan, makan permen karet bekas adik, main lompat tali, berkelahi, sampai pada adegan pura-pura tidur siang agar tidak mengaji. 

Besok, belum tentu saya bisa mendapatkan momen seperti ini. Karena sekali lagi, kita tak pernah tahu kemana takdir  Tuhan membawa kita. Satu hal yang penting, bahwa saya harus tetap bisa memosisikan diri saya agar syukur itu tetap menjadi niscaya tanpa mengubah nilai pembilang dan atau penyebut yang sebenarnya. 

Dan apa yang saya tuliskan, apa yang saya lakukan, tidak akan pernah bisa menyamai nikmat yang telah saya dapatkan selama dua puluh dua tahun ini. Bahkan, jauh sebelum orang tua saya dijodohkan dan akhirnya menikah.