Wednesday, March 20, 2019

Kenapa ada bulan?

Suatu sore saya mengajak Ghaida berjalan kaki keluar komplek untuk membeli makanan ringan. Sesampainya di rumah, ia melepas kerudungnya dan berlari kembali ke depan pintu yang masih terbuka. "Ummi, kenapa ada bulan?" Tanyanya sambil menunjuk langit yang masih biru cerah. Saya kemudian menyusulnya ke depan pintu. Memandang langit kemudian kembali menatap Ghaida. Tentu saja yang ditunjuknya adalah bulan. Bulan separuh yang menggelantung di langit sore yang masih biru. Apa yang ia saksikan sedikit membantah informasi yang selama ini ia dapatkan bahwa bulan adanya di malam hari. Faktanya, di sore haripun, ia bisa melihat bulan :)

Saya lupa bahwa media pembelajaran terbaik bagi anak-anak adalah alam itu sendiri. Mereka melihat, mengamati, dan merekam. Kita bisa membuat miniatur alam, tapi tidak sesempurna apa yang Allah suguhkan di depan mata kita.
Kita tahu daun berwarna hijau, lantas suatu hari mengoreksi anak ketika ia mewarnai daun dengan warna coklat, merah, atau kuning. Padahal bisa saja mereka merekam warna-warna itu dari buku cerita yang setiap hari mereka baca.

Anak-anak bergerak memenuhi fitrah mereka, "menemui" penciptanya. Setiap hari. Ada atau tanpa intervensi kita. Kita bisa merancang metode belajar terbaik, tapi metode Allah sungguh sebaik-baik rancangan. Sebab metode-Nya meluruskan lagi menyempurnakan.
.
.
Saya memandang Ghaida kala itu, tersenyum dan berlalu tanpa memberi jawaban. Ada rasa haru juga rasa bersalah. Betapa kami masih harus banyak belajar dan menahan ego untuk anak yang telah Allah titipkan ini.

Friday, March 8, 2019

Konjungsi

Semalam Saturnus berkonjungsi. Salah satu fenomena astronomi yang seharusnya bisa dilihat tanpa bantuan alat. Tapi sayang sekali, hanya gelap yang memantul dari dinding langit. Serdadu hujan berlatih baris berbaris awet sekali. Membuat kami seharian hanya di rumah. Menemani anak-anak menikmati hujan dan hari libur. Nonton, makan, main bola, baca buku dengan si kakak, dan videocall-an dengan mama mertua. Alhamdulillah, tahun ini kami memasuki tahun kelima pernikahan. Rasanya baru saja saya menerima email yang berisi biodata lengkap dengan visi misi pernikahannya. Sekarang, orangnya bisa membuat saya jengkel, tertawa, marah dan sayang dalam satu waktu.

Tak ingin muluk-muluk. Hanya ingin menjadi istri dan ibu yang bahagia, kuat, dan selalu bersyukur. Yang dengan segala kebaikan dan kepatuhannya, membuat Allah ridha kepadanya.
Kami, meski bukan pasangan yang mahir bersikap romantis, semoga senantiasa bisa merawat cinta dan sayang di antara kami.

Tempat tinggal kami, dengan bau seduh kopi setiap hari. Semoga menjadi penghilang penat dan dahaga di setiap kepulangan.
Tempat tinggal kami, yang selalu berantakan dengan buku, mainan, dan remah makanan. Semoga selalu ramai dengan tawa ceria dan do'a anak-anak.
.
.

Semalam Saturnus berkonjungsi. Dan konjungsi mengajarkan kita bahwa di dunia ini, tidak ada yang benar-benar (mampu) sendiri untuk menjadi BERARTI.