Baiklah
saya akan bercerita. Sejujurnya, sebulan ini saya sangat sibuk. Walhasil, paradigma
saya mengenai waktu sangat berubah drastis. Betapa tidak, sebagai seorang
mahasiswa baru yang punya kebiasaan buruk, maka sudah sewajarnya apatah lagi
sekarang, saya mencoba mengeliminasi kebiasaan buruk itu. Sekarang saja,
tatkala saya menulis tulisan ini, kebiasaan buruk saya sedang teraktivasi. Tepat
di samping kiri saya, terbaringlah seonggok buku catatan bersampulkan peta
Indonesia yang memuat deretan tugas saya pekan ini. Saya sudah menatapnya
sekian kali namun inspirasi tak jua datang menghampiri (halah). Apa artinya?, maka
dengan terpaksa saya melakukan lagi kebiasaan buruk itu, minggat dari tugas!
(mohon jangan tepuk tangan!). Usaha pengeliminasian sia-sia.
Jika ditelisik
lebih jauh, inspirasi bagi saya adalah hal yang mutlak perlu. Ibarat variabel,
inspirasi adalah moderator variable, variabel independen kedua dalam suatu
hipotesis yang diduga mempunyai dampak yang berarti terhadap hubungan variabel
independen dengan dependennya. Yang ini
saya kopi dan tempel dari materi dosen. Dan memang seperti itulah kenyataannya.
Ketika belum mendapat inspirasi, maka yang saya lakukan (biasanya) adalah
membuka blog sendiri, blog orang lain, makan, berbaring, membuka file foto,
sesekali membuka akun twitter, bersandar, dan memperhatikan orang lain yang ada
di sekitar saya jika pada saat itu saya tidak sedang berada dalam kamar. Biasanya,
10-30 menit kemudian saya akan kembali konsen pada tugas. Setelah sebelumnya,
saya telah ditanya sedang memperhatikan siapa oleh orang yang menangkap basah
tingkah laku saya. Maka saya sangat bersyukur ketika Allah dalam salah satu
firmanNya menyerukan agar kita hambaNya mengambil pelajaran dari apa yang kita
pandang/lihat. Karena betul, bahwa inspirasi itu terkadang datang dari luar
diri kita, dari apa yang kita lihat.
Ketika malam Minggu tiba, sontak saya merasa bahwa
saya ini adalah orang yang beruntung, apalagi ketika malam minggu dan tumpukan
tugas datang di waktu yang bersamaan, lalu keduanya sama-sama merengek menuntut
haknya. Bagi sebagian orang, mungkin saja mereka lebih memilih untuk keluar
merayakan malam minggu yang kesekian kalinya dengan…aduh jadi tidak enak. Dan saya,
justru punya lebih banyak waktu untuk menatap seonggok buku catatan, mencari
inspirasi, dan konsen mengerjakan tugas sambil ngopi-ngopi (sendiri). Hua, what
a wonderful weekend.hihi. Tugas bisa selesai tepat waktu, dosa pun tak
bertambah.
Lalu kapan saya meliburkan diri? Mencari hiburan dan
mengistirahatkan pikiran? Maka jawabannya adalah kapanpun saya bisa. Saya bukanlah
tipikal orang yang mesti merencanakan jauh-jauh hari liburannya. Ketika saya
lapar dan bisa makan, saya terhibur. Ketika saya melihat tingkah teman-teman di
kelas, sungguh saya terhibur. Menghadiri majelis pekanan, luar biasa! rasa
tenang langsung dari Allah, dikunjungi adik semata wayang, apalagi. Maka banyak
sekali hal yang sebenarnya bisa membuat pikiran kita jauh merasa baik dari
sebelumnya tanpa harus menambah kebencian Sang Pencipta. Hanya kita yang kadang
tak mau memikirkan, masa bodoh dengan semua hal itu. Andai semut yang lewat
bisa berbicara, maka mereka rela kok membentuk grup band dan menyanyikan lagu
Noah yang separuh aku itu. *Lalalayeyeye. Peras-peras,jemur-jemur, guling-guling.
Hukks!
Maka pembaca yang baik hatinya, izinkan saya menutup
cerita tengah malam ini dengan sedikit penggalan lagu Noah –Separuh Aku- yang
konon tak lama lagi akan menjadi sebuah judul sinetron :D
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Salki, Salki. Bangun! Ah, rupanya dia sudah
tertidur.