Wednesday, December 22, 2010

Serba Serbi Magang

Edisi : Mengejar apel pagi

Lokasi : Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng

Saya dan bapak lagi di motor nih (ngebut mode on)… Nekat nengok ke belakang untuk dapat gambar ini. Jalanan masih sepi, jadi bisa ngebut…. Sudah tiga hari Bapak harus jadi pembalap. Mmm, beda-beda tipislah sama Valentino rossi

Depan kantor bupati. Bentar lagi sampai….. Setelah gerbang cakkelle’ (kakaktua) udah masuk Dinkes…

Pintu II Gerbang kantor bupati yang berbentuk Cakkelle’… Lambang Kabupaten Soppeng… Alhamdulillah akhirnya sampai juga. Terima kasih bapakku sudah rela meluangkan waktunya untuk mengantar saya .. sudah lama juga tidak diantar kayak gini. :D

(tiba-tiba…terpikir APELLL pagi….!!)

????????????????????????????????????

Finally, ……Thank You ALLAH…. I’m not late……

Setelah dua hari tidak ikut apel pagi, akhirnya hari ini bisa ikut juga. Berhubung apel pagi belum dimulai, jadi masih sempat motret mushalla itu. Mushalla yang membuat saya dan teman-teman betah di sini. Sudah 2 hari mushalla kecil itu jadi tempat istirahat kami di kala jam makan siang. Alhamdulillah pegawai-pegawai Dinkes juga baik, ramah, humoris, sangat suka menolong, dan tidak bikin nerveous. Kami juga bertemu dengan beberapa senior fakultas yang sudah kerja di sini. Ternyata banyak juga.

Tapi, masih ada satu hal yang kami keluhkan selama tiga hari ini. Tidak tau kenapa, kami merasa agak susah untuk menunggu jam makan siang yang terasa cukup lama.. (doh)

Jam makan siang yang cukup lama? Atau kami yang cepat kelaparan yaa? (thinking)

Ya sudahlah, saya ucapkan selamat magang untuk teman-teman angkatan 2007 FKM.. Semoga kita bisa mengaplikasikan ilmu yang kita dapatkan dari bangku perkuliahan di tempat magang masing-masing.. Semangat Magang..!

!*Jam makan siang hari ketiga magang*

Friday, December 3, 2010

Aku, Kau (dalam sketsaNya)

Agustus 2009, aku dan kau “dipertemukan” dalam sketsaNya. Siang itu, setelah rakaat dhuhurmu kau tunaikan, kau menyapaku duluan dengan senyum polosmu. Menanyakan siapa namaku dan darimana asalku. Katamu, kau belum kenal siapa-siapa atau takut kenal siapa-siapa. Hanya aku. Dan sejak itu, tanpa sepengetahuan orang lain, kita mulai saling akrab. Kau mulai ingin tahu lebih jauh tentangku. Mengintai setiap gerak-gerikku. Pun aku.

Lalu, “titisan malaikat” Allah datang. Datang membawa anak sayap yang tak utuh. Katanya, anak sayap itu harus utuh. Mungkin di tanganku. Dan kau tahu betapa kagetnya aku, ternyata anak sayap itu adalah dirimu. Kau, aku, cuma bisa tertawa dalam hati. Ya, takdir (kembali) mempertemukan kita dalam sketsaNya yang berbeda. Takdir yang berucap lewat bibirmu bahwa kau tak ingin meninggalkan aku. Sejak saat itu, kau berjanji akan menemaniku. Kemanapun.

Sampai ketika, mereka datang. Menjanjikanmu sayap-sayap yang indah. Kau mulai terusik dengan janji-janji itu. Dan perlahan, kau luluh. Aku merasa kau mulai menjauhiku. Tak lagi ingin tahu gerak-gerikku. Padahal dulu, kau amat menyukainya.

Pernah aku merasa sangat bersalah pada dirimu, juga dengan pembawa anak sayap tak utuh itu. Entah apa yang akan kukatakan ketika suatu hari nanti ia menanyakan anak sayap yang dulu ia titipkan. Tapi hari ini setelah hampir duapuluh kali bumi berotasi, kau datang padaku (masih) dengan senyum polosmu. Menjanjikan lagi kesetiaan. Bercerita tentang anak sayap yang hampir utuh. Walaupun kutahu, bukan sepenuhnya karenaku. Kau bilang amat senang dengan sketsa ini. Sketsa yang di dalamnya hanya ada aku dan dirimu. Kau berharap di setiap perjalanan hidupmu akan ada sketsa seperti ini. Dan tahukah bahwa kau membuatku yakin bahwa sebenarnya kau masih ingin tahu tentang aku. Ternyata ia tak sepenuhnya mengambilmu dariku. Sepotong hatimu masih di sini. Di sketsa ini.

Sekarang, giliran aku yang mengatakan bahwa aku takkan pernah meninggalkanmu.

Maaf, kata-kata itu tak terucap di sketsa “pertemuan” kita yang kedua.

Ana uhibbukifillah!