Tuesday, February 4, 2020

"Sangkar Emas"

Penghujung Tahun 2019 kami lewati dengan perasaan yang campur aduk. Bagaimana tidak? Pak suami memutuskan untuk sekolah lagi. Salah satu hal yang membuat saya was-was ketika dulu memikirkan bagaimana jika menjadi istri seorang dokter. Akhirnya dia pun melewati serangkaian proses pemberkasan dan seleksi sekolah spesialis yang sungguh tidak mudah. Banyak risiko yang harus dipertimbangkan matang-matang. Bukan hanya dari pihak suami sendiri. Tapi istri dan anak-anak yang bakal kena dampak dari sekolah spesialis yang cukup lama itu. Banyak hal yang mesti dikorbankan baik dari segi waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain.

Selama proses pemberkasan dan izin belajar, kemudian lanjut seleksi, tak hentinya saya berdo'a untuk kebaikan keluarga kami sebab saya menyadari, jika betul pak suami lolos, berarti akan ada beberapa hal dan kondisi yang berubah dan mengharuskan saya serta anak-anak melakukan adaptasi dengan cepat.
Alhamdulillah 'alaa kulli hal, pak suami betul lolos seleksi dan memulai serangkaian aktivitas (dinas, jaga, dinas, jaga) di rumah sakit. Sebulan pertama, saya merasa kembali dilanda baby blues 🤣 karena hampir semua urusan rumah dan anak-anak, saya yang handle. Ketika suami datang, dia pun tidak bisa banyak membantu karena sudah telanjur lelah dengan aktivitasnya di rumah sakit. Sedih juga sebenarnya. Jika tidak jaga malam, dia tiba di rumah ketika waktu tidur malam hampir tiba dan berangkat kembali ketika matahari belum terbit. Bahkan beberapa kali dia berangkat sebelum saya bangun di subuh hari 🙈

Kini sudah sekitar 2 bulanan kami beradaptasi dengan situasi yang baru ini. Suami, sejauh pengamatan saya, sudah lebih kuat dan mulai terbiasa dengan aktivitas barunya sebagai residen paru. Anak-anak juga sudah semakin mengerti dengan kondisi rumah yang seringnya diisi dengan aktivitas bertiga saja. Sedang saya? Masih meraba-raba sambil mengasah manajemen diri untuk beberapa momen penting yang akan diusahakan tanpa bantuan pak suami. Tak henti-hentinya saya berdo'a supaya segala hajat yang ingin dilakukan tahun ini bisa berjalan lancar meski uluran tangan dan motivasi dari suami tidak akan bisa semaksimal sebelumnya.

Bukan jalan yang mudah bagi kami untuk sampai di titik ini. Kalau kata kepala bagian saat penyambutan mahasiswa pulmonologi, pak suami sedang berada di dalam "sangkar emas". Memang emas kata orang, tapi sesungguhnya dia tidak lagi sebebas biasanya. Dan kalau bukan keluarga yang mendukungnya, niscaya dia akan susah keluar dari "sangkar emas" itu.
Iya pak. InsyaAllah saya akan berdiri di garda terdepan untuk mendukung suami saya dengan segala potensi luar biasa yang ada di dalam dirinya.

Cukuplah Allah sebaik-baik penolong. Pemberi Rezeki, Kemudahan, dan Kekuatan.