Saturday, December 19, 2009

Lelaki Berakal dari Andalusia**

Nama lelaki itu mudah dikenal, Yahya ibnu Yahya. Nun jauh dari Andalusia ia berasal. Ia pergi menuntut ilmu ke Madinah. Berguru pada Imam Malik. Andalusia-Madinah adalah jarak yang teramat jauh. Terlebih dengan sarana transportasi apa adanya di masa itu. Tetapi Yahya bin Yahya adalah salah satu contoh terbaik tentang bagaimana kehendak seorang muslim untuk tidak pernah berhenti menjadi berarti.

Hari-hari menimba ilmu pun ia lalui di Madinah yang tenang di hadapan sang guru Imam Malik. Hingga suatu hari, saat tengah berada di majelis bersama murid-murid yang lain, tiba-tiba ada rombongan orang entah dari mana. Mereka datang sambil membawa gajah. Para murid Imam Malik berhamburan keluar ingin melihat gajah. Di jazirah Arab, makhluk besar berbelalai itu saat itu memang tergolong asing. Maka orang-orang pun keluar ingin melihat lebih dekat. Semua beranjak, kecuali Yahya bin Yahya. Hingga semua keluar,Yahya tetap duduk di majelis itu. Melihat itu Imam Malik mendekat. "Mengapa engkau tidak keluar juga untuk melihat gajah?" tanya Imam Malik. Yahya menjawab, "Aku jauh-jauh datang dari Andalusia untuk menuntut ilmu, bukan untuk melihat gajah." Imam Malik sangat kagum dengan keteguhan Yahya. Setelah itu Imam Malik pun menggelarinya dengan ‘aqilu Andalus (lelaki berakal dari Andalusia).

Lelaki berakal, Yahya bin Yahya telah meletakkan prinsip mendasar di atas jalan hidupnya. Ia mengerti sedang di jalan apa berlalu dan ke arah mana menuju. Ia seperti tengah menegaskan, betapa ia tidak boleh berhenti, di jalur kehendak dan cita-citanya, oleh sesuatu yang sederhana. Sekiranya ia sejenak keluar, melihat gajah bersama teman-temannya, itu pun tak jadi soal besar. Toh Imam Malik sejenak tidak melanjutkan pelajarannya, sebab semua murid-muridnya keluar. Tetapi filosofi luhur di balik sikapnya itu, mencerminkan sebuah kecerdasan, tentang bagaimana seorang muslim memahami godaan-godaan konsistensi, yang kadang menghentikan dan menghempaskan. Betapa ia tidak boleh terhenti oleh godaan-godaan itu.

Betapa sering perjalanan hidup kita terhenti. Bahkan oleh hal-hal yang tidak terlalu serius. Betapa banyak orang berhenti dari mengejar cita-cita, kehendak mulia, mimpi-mimpi dalam capaian prestasi, hanya lantaran keteledoran, hanya karena ulah menyimpang yang mulanya hanya iseng-iseng belaka, atau mental ‘nanti dulu’, atau sikap ’sebentar dulu’. Akhirnya lama kelamaan jiwanya mulai layu, semangatnya mulai redup. Gairah berkaryanya semakin kering. Akhirnya ia pun terhenti dari segala harapan yang telah menanti di ujung kerja kerasnya.

Gelar ‘aqilu Andalus, menegaskan bahwa kehendak kuat untuk tidak berhenti, atau terhenti, membutuhkan kalkulasi keyakinan yang kuat. Ini benar-benar bukan soal selera suka atau tidak suka melihat gajah. Tapi ini sungguh-sungguh benar soal pemahaman, kesadaran dan juga kedalaman penghayatan tentang keputusan apa yang harus diambil seorang muslim di saat-saat ia tergoda.

Begitulah seorang muslim semestinya menata jalan cita-citanya. Semua orang punya harapan-harapannya. Tinggi atau rendah. Jauh atau dekat. Serius atau main-main. Tetapi menjadi seorang muslim yang tak mengenal kata henti dalam berjalan, berusaha, berkarya, adalah pilihan keimanan untuk tujuan jauh di akhirat sana. Sebab di atas arah jalan itu hidup seorang muslim menjadi punya arti..

[sumber: my eMeR,, “semoga bisa menginspirasi Salki” kata beliau (cozy)..]

Monday, November 30, 2009

Tak Mampu Setegar Karang**

Jalan yang kita lalui tak akan selamanya mulus dan landai. Ada saatnya mendaki terjal dan penuh batuan kasar dan tajam. Di balik itu semua kita berharap tidak akan pernah menyerah mendakinya. Mengeluh itu manusiawi, sama halnya dengan kelelahan. Kita tidak akan bisa selamanya setegar karang, ada kalanya kita seperti buih di atas air. Mudah goyah terbawa air dan terbang tertiup angin.. dan itulah fitrah.. fitrah sebagai seorang anak manusia yang dhaif.

Sang dhaif yang selalu berusaha tegar seperti karang di tengah lautan, tapi kadang tidak menyadari bahwa ia berasal dari tulang rusuk yang meskipun keliatan kuat dari luar akan tetapi dalam dirinya terdapat kelemahan, perasaan..

Ketika segalanya menjadi sesuatu yang tidak masuk akal, maka ia pun merasa tertekan. Namun ia tetap yakin bahwa Allah akan selalu bersamanya dan menenangkannya…

Ketika ia berpikir bahwa ia sudah berusaha sesungguhnya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi… Ia tahu bahwa Allah mempunyai jawabannya…

Ketika ia memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi… Ia optimis Allah telah merajut yang terbaik untuknya..

Ketika ia merasa tak mampu setegar karang, ia berusaha untuk bisa setegar camar yang ingin tetap hidup, tetap gembira, tetap ingin menikmati keindahan lautan yang luas..**

Friday, November 20, 2009

2nd Untitled

Ada apa lagi denganmu?
Kulihat kau sangat sinis, tak seramah yang dulu lagi Kau tahu… aku, dia, dia, dan dia sudah berkali-kali meminta agar kau tidak lagi terlalu dekat dengannya Tapi apa hasilnya? Dia bahkan mendapatimu tengah berjalan berdua dengannya.. yaa,, tanpa ada orang ketiga yang bisa menjadi hijabmu.. Dan kau tahu apa yang terjadi? Dia menangis… Dia menangis… Dia juga menangis Dan aku…?? Bukan karena cengeng,, sama sekali bukan..tapi itu bukti bahwa kami amat sangat mencintaimu.. Kau sungguh luar biasa bagi kami… Kami ingin yang terbaik untukmu… tapi bukan dengan jalan yang seperti ini Kami yakin ada jalan yang jauh lebih baik, jalan yang tetap bisa menjaga izzah dan iffahmu sebagai seorang muslimah.. Sementara orang itu, sungguh tak pantas menjadi panutan.. Ia tak bisa menjagamu dari fitnah dunia. Ia telah membuat kami kecewa terhadapmu……. Memang benar kata dia…. Orang itu bukanlah yang terbaik untukmuafwan..!!

**Untuk saudariku yang tengah berjuang mencari [. . . . .] nya **