Wednesday, March 19, 2014

Manusia Matahari



Langit di atas memang masih gelap, tapi semburat warna kemerahan memberikan tanda bahwa hangat mentari akan segera tiba. Maka kita, bersiaplah menyambutnya dengan wajah yang ceria. Kita selalu diajarkan bahwa mentari memberi kita nikmat syukur yang banyak. Nikmat syukur bahwa kita masih hidup dan masih berdiri di atas pijakan kaki-kaki kita. Pijakan yang menopang kuat di atas bumi untuk kemudian digunakan menelusuri tempat demi tempat, untuk sebuah perbekalan menuju tempat selanjutnya.

Mentari. Tentu saja ia berbatas. Suatu ketika ia muncul dengan gagahnya. Suatu ketika yang lain, ia harus menyadari bahwa sudah sampailah batas sinarannya. Malam pun hadir menggantikannya. Esok, bisa jadi ia akan kembali lagi dengan sinar yang baru. Kembali menghangatkan, kembali menghidupkan jiwa-jiwa dari tempat pembaringannya. Tapi esok, belum tentu seperti itu, kawan. Bisa saja mentari tidak akan muncul lagi. Tidak ada sinarannya lagi.

Di bawah mentari, ada manusia yang saling bertemu. Mengucap salam, menebar senyum, bertegur sapa, berbincang hangat, namun seringkali juga hanya saling diam saja. Beberapa di antara mereka ditakdirkan hanya bertemu sekali itu saja lalu berpisah. Selesai. Beberapa yang lain ditakdirkan bertemu dua, tiga, sampai tak terhingga kalinya sehingga perpisahan hampir tidak ada artinya. Toh, mereka akan bertemu lagi.

Suatu saat ketika manusia itu akan pergi, mungkin cukup bagimu hanya dengan menatapnya dari balik punggungnya. Namun ketahuilah, bahwa manusia itu sama halnya dengan mentari. Ia berbatas. Akan ada masa ketika menatapnya pergi tak cukup membuatmu tenang. Ya, kau harus mengejarnya. Sekarang atau tidak sama sekali. Sebab yang berbatas, seringkali hendak menghadiahkan sebuah penyesalan, berujung kesakitan.

Asa.

Setiap kita bangun di pagi hari, kita diajarkan berterima kasih
Pada Sang Maha Pencipta, atas segala belas kasih sayangNya
Rasa terima kasih yang tumpah dan menderas jatuh ke bumi
Teriring do’a-do’a  yang berbalas terbang jauh hingga ke atas langit
Kau tahu, kupikir do’a-do’a ini untukmu
Sebuah asa yang belum menemui keberaniannya.