Wednesday, April 8, 2020

Corona dan Hazmat Abi

Sudah hampir sebulan sejak pak suami mengirimkan foto dirinya sedang memakai hazmat lengkap dengan alat pelindung diri lainnya di depan ruang isolasi sebuah rumah sakit rujukan di Makassar. Meski ia mengirimkan foto dengan emoticon tertawa, saya paham betul bahwa kenyataannya ia sedang tidak tertawa 😔. Sejak hari itu, pak suami mulai rutin visite pasien pertama yang terdeteksi positif COVID-19 di Makassar.

Foto yang ia kirimkan kemudian disusul dengan pesan permintaan agar saya dan anak-anak mengungsi sementara waktu dari rumah untuk mengurangi risiko penularan. Dibilang sesak, tentu saja. Apalagi jika mengingat lagi bahwa pak suami harus mengurus dirinya sendiri di rumah di tengah aktivitasnya yang padat di rumah sakit. Tapi demi kebaikan bersama, saya pun akhirnya memboyong anak-anak ke rumah neneknya di Soppeng di hari berikutnya.

Di kampung, saya dan anak-anak didatangi petugas surveilans puskesmas dan dicatat sebagai ODP (orang dalam pemantauan). Dengan demikian kami harus jaga jarak dan mengisolasi diri di rumah nenek. Alhamdulillah sudah 3 pekan berlalu. Saya, anak-anak, dan pak suami di Makassar sehat-sehat saja meski kekhawatiran masih terus ada. Ditambah lagi mesti menerima kenyataan bahwa Kota Makassar sudah transmisi lokal dan disusul zona merah COVID-19 beberapa hari yang lalu.

Setiap harinya tiba-tiba terasa berjalan pelan. Pasien terdampak COVID-19 terus bertambah, berita yang benar berlomba dengan berita hoaks, stigma mulai menguasai sebagian orang, yang sadar atau tidak sadar telah mempengaruhi kondisi psikis masyarakat. Lalu, apa kabar baiknya? Bersama kesulitan, ada kemudahan. Bersama kesulitan, ada kemudahan!, itu janji Allah. Dan Allah, sekali-kali tidak pernah menyalahi janji-Nya!. Tidakkah kita merasa bahwa Allah memberi teguran ini agar kita mulai belajar bersatu, mulai belajar menahan ego, belajar bersyukur atas hal kecil, mulai belajar mencintai bumi, mulai belajar mencintai & menghargai manusia lain, bahkan keluarga kita sendiri? Jika demikian, maka mungkin itulah seri pendidikan yang Allah hadirkan untuk kita yang sudah terlampau sering melupakan bahkan mengambil hak makhluk lain di bumi ini.

Pandemi ini , seperti perkataan para ahli, akan menemui klimaksnya dan berakhir (dengan izin Allah). Yang tinggal hanyalah pertanyaan besar tentang "apakah kita termasuk orang yang dosa-dosanya berguguran dan naik ke derajat keimanan yang lebih tinggi karena telah lulus ujian?".

Semoga kita semua mampu menganggukkan kepala atas pertanyaan ini. #ntms