Saturday, August 11, 2012

Sasmita


Bahwasanya harta, tahta, jabatan, dan segalanya yang membanggakan. Tidak akan pernah membuat manusia menempati posisi tertinggi di mata Allah, ketika mereka tidak dibarengi dengan ketaqwaan yang membumbung.

Maka, apalah artinya predikat “sukses mulia” jika itu diperoleh bukan dari Allah?

Sungguh, saya bukanlah siapa-siapa. Tidak akan pernah menjadi siapa-siapa, selain selemah-lemah dan sebodoh-bodohnya hamba.

Thursday, August 9, 2012

Gula-Gula Ramadhan


Selalu, Ramadhan hadir dan akhirnya akan pergi meninggalkan cerita-cerita yang manis. Dan manis, tidak melulu bergantung pada cerita-cerita yang menggembirakan dan atau membahagiakan. Setiap dari kita, bisa saja menganggap manis cerita-cerita yang menyedihkan. Semua itu tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Dan karena manisnya cerita, diperoleh dari mampunya kita memetik hikmahnya.

Beberapa orang merasakan manisnya Ramadhan setelah terbebas dari balik jeruji besi, mungkin itu yang akan dikatakan oleh Nazril Irham. Sebagiannya lagi memperolehnya dari kolong jembatan, itu kata ibu-ibu pengemis. Bisa memborong baju-baju lebaran yang sedang diskon jeng, kata ibu-ibu sosialita. Lalu, lain lagi dengan pak Koko (sebut saja begitu) yang menikmati manisnya Ramadhan ini setelah peci jualannya laku di pinggir jalan. 

Iya dek, semua laki-laki tiba-tiba berubah, mereka keranjingan memakai peci meski tak ke masjid”. Kata pak Piah, penjual peci yang lain. 

Karena pada dasarnya, semua orang berhak menentukan bagaimana dan seperti apa Ramadhan mereka tahun ini. Apakah dilalui dengan euphoria konsumerisme yang berlebihan, penantian yang menyenangkan,  atau dilalui dengan kesederhanaan yang khidmat. Warna-warni, seperti kembang gula.

Oh iya, begitu tiba kembali di Makassar (tanggal 10 Ramadhan), saya sudah menyadari bahwa intensitas bertemu dengan salah satu sahabat saya akan tidak semudah biasanya. Ia yang bekerja mulai jam delapan pagi sampai jam empat sore akan sulit ditemui pada jam-jam produktif. Karena itulah, untuk menyiasatinya, kami sepakat membulatkan tekad untuk menjalankan proyek sederhana #tarwihkeliling. Setidaknya, proyek ini akan sedikit memberi waktu kami untuk bertemu. Menggunakan metode buka puasa bersama di suatu tempat, lalu berangkat menyusuri jalan-jalan di kota Makassar, proyek #tarwihkeliling ini hampir tidak menemui kendala selain menunggu kebaikan hati orang berbagi sajadah.

Mulai dari masjid Al’afiat Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, Masjid Raya Makassar, Masjid Al Aqso Ramsis Unhas, Masjid Ikthiar Perdos Unhas, Masjid Agung 45, Masjid Daya, Masjid Cokroaminoto, kami menitipkan doa-doa di sana, menghimpun sujud-sujud kami untuk Sang Pencipta. 

Setidaknya, masih ada tiga masjid lagi di list masjid #tarwihkeliling yang rencananya akan kami kunjungi. Doakan ya teman-teman, semoga langkah kami dimudahkan walau kadang kekenyangan setelah buka puasa. Insya Allah proyek ini akan disusul dengan proyek #itikafbareng selama seminggu terakhir Ramadhan ini. Tentang I’tikaf, tahun ini akan menjadi pengalaman pertama saya selama hidup. Siap-siap gencatan senjata duniawi berburu berkah, rahmat, dan ampunanNya.

 
Semoga Ramadhan kita berakhir dengan cerita-cerita yang manis. Manisnya melebihi kembang gula, es buah, dan tiga buah kurma.

:) <-- (mencoba) senyum manis.