lalu perempuan mulai memikirkan
apa yang akan terjadi besok, lusa, semenit, dua menit
pada hembus nafas
selanjutnya
pelan-pelan semacam pecahan kaca yang berserakan dan mengumpulkan
dirinya sendiri
menjadi utuh kembali, namun
retak di sana sini
kemudian air yang telah lama
tertahan
seperti membuncah. memaksa
keluar dari dua cadas kelopaknya
terberai pada masa yang
disimpul senyum, mati
lalu, mestikah menyalahi waktu?
perempuan masih saja bertanya
pada wajah pecah-pecah
dalam pecahan semacam kaca
No comments:
Post a Comment
Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')