Friday, November 4, 2011

Salah Siapa?

Akhir-akhir ini, saya sedikit merasa bersalah sama ibu (loh kok sedikit??). Gara-gara saya, hampir tiap malam ibu harus mengurung diri di kamar (???). Yaa, lebih tepatnya ibu mengalah sama saya. Gini loh, Ibu kan suka banget nonton sinetron. Tapi karena ada saya di rumah (anaknya yang baik hati) jadinya ibu lebih memilih untuk mengalah. Ibu sudah sangat tau kalo saya ini tidak suka sinetron. Saya lebih ‘ngeh’ nonton program tivi yang notabenenya lebih real. Jadinya, ketika sinetron favoritnya sudah mau tayang, ibu sudah pasti akan masuk kamar. Mengurung diri. Tapi,tapi tetap nonton juga, di kamar ibu juga ada tivi walaupun ukurannya memang lebih kecil kalo dibandingkan dengan tivi di ruang keluarga. Dan saya yakin, ibu pasti lebih puas kalo nontonnya di ruang keluarga. Bersama kami anak-anaknya.

Waduh, sebenarnya agak miris juga sih melihat ibu-ibu sekarang yang suka baaanget nonton sinetron, tiap malam lagi, udah gitu 3 sinetron berturut-turut pula. Kalo ibarat makan, mungkin ibu kita udah obes gara-gara makan sinetron (????). Bayangkan saja, selama kurun waktu 4 jam ibu kita harus terpapar dengan adegan-adegan sinetron yang super didramatisir, dengan backsound yang mengerikan. Udah bohongan, lebay lagi. Yampun, kasihan ibu saya. Bisa-bisa nanti ibu saya mengira kalo saya ini si putri yang tertular, eh tertukar... *naudzubillah, amit-amit, jangan sampaaaaii...!!!

Kejadian ini tentu saja bukan sepenuhnya salah ibu-ibu yang menonton. Toh, mereka di sini juga sebagai ‘konsumen’.. Layaknya konsumen biasa, mereka akan membeli ‘barang’ yang disuguhkan ke mereka. Kalo yang disuguhkan itu melulu sinetron, otomatis, mau tidak mau mereka akan memilih sinetron juga. Beda kasusnya, kalo dewan stasiun-stasiun tivi swasta yang terhormat lebih tergerak hatinya (???) untuk mengganti program-programnya dengan pogram yang lebih berperikemanusiaan. Program yang lebih pro dan lebih mementingkan aspek-aspek pembangunan manusia, tidak hanya program yang ditujukan untuk meraup keuntungan belaka dengan membiarkan masyarakat Indonesia tetap terkungkung dalam ‘kebodohan’.

Sama halnya dengan lagu. Jangan heran kalo melihat anak-anak yang usianya masih balita, tapi sudah mahir menyanyikan lagu cinta tanpa paham akan maknanya. Kasusnya sama, yang mereka dengar melulu kan lagu orang dewasa, lagu band dan boy-boy nya. Hampir dipastikan tidak ada lagi musisi seperti Ibu Soed, Pak Kasur, AT.Mahmud, dll yang peduli dan mau ciptain lagu untuk anak-anak. Padahal kan, sedikit banyak kita belajar tentang ketuhanan, keindahan alam, dan kesyukuran dari lagu anak-anak waktu kita masih kecil. Yahh, inilah realitanya. Kita (calon ibu di masa depan) punya ‘pekerjaan rumah’ yang lebih berat…(ahh, tidaaaak)!!!

Lama-lama saya jadi bingung sendiri. Sebenarnya ini salah siapa? Salah saya??? Salah teman-teman saya???

1 comment:

  1. di rumahkujuga si ibu samasi teteh yang suka sinetron kalo malem, tp sukaaku pindahin ke acara OVJ, dan mereka ngalah, walaupun dengan sedikit kecewa sepertinya hihi

    ReplyDelete

Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')