Monday, December 5, 2011

De Dallas Arboretum

Seperti kemarin, hari ini pun kita masih berlari-lari mengejar langit yang tak mau kompromi pada batas waktu yang telah kita bicarakan.

Seperti sekali waktu pada tempo-tempo lambat empunya waktu, kita masih saja begitu. Sudah kubilang langit ini lain. Langit ini bukan biru yang biasa. Adakah kamu menyadarinya?

Ah, kita ke lapangan impian saja. Menunggu langit, sampai ia lelah berlari-lari pada digresinya. Bukankah sudah lama kita tak bertandang ke sana? Menjenguk mimpi-mimpi yang tengah kita tuai perlahan-lahan. Lalu kemudian masih dengan cara yang sama, kita memekikkan mimpi-mimpi baru dengan impresinya masing-masing.

Seperti sekali waktu, di tengah lapangan impian, kita sama-sama menangis. Sama-sama saling merasai. Sama-sama saling menertawai. Tapi bukankah kita memang seperti itu?

Seperti dewi bulan yang selalu butuh cahaya untuk tetap cantik.

Seperti raja bumi yang butuh bulir-bulir hujan pada saat hausnya.

Berusaha untuk tetap saling menggenapi. Saling melengkapi.

Seperti langit, hari ini roman lapangan impian tak seperti biasa. Dan kali ini kita menyadarinya sama-sama. Tak ada hujan yang merekat tanah dan mengotori sepatu-sepatu kita. Tapi tetap saja, bersamamu selalu menyebabkan pelangi. Warna-warni dengan lengkung-lengkung kehidupan yang selalu kita suka.

Ah, kali ini aku pura-pura tak tahu saja. Agar langit masih tetap berlari, dan kita masih terus menunggunya berhenti. Tentunya dengan sepatu-sepatu yang masih bersih dan wajah yang sama-sama penuh kasih.

Saling, bukan masing-masing.

Dan kamu, siapa kamu?Aku dimana? Tadi aku ketiduran ya? Menurutmu?

3 comments:

  1. trkadang langit hadir dgn wajah yg gelap menimbulkn kpanikn, ktakutan & ksunyian shingga warna pelangi tak tampak lgi...!!

    ReplyDelete

Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')