“duduk manis di puncak Al Hambra”
Jika akhir
semester dan akhir tahun bertemu dalam satu waktu, maka biasanya bucket list yang
terpajang cantik di kamar akan sangat menor oleh blush on warna-warni di kanan kiri sudutnya. Deretan target, tugas,
dan rencana-rencana lain berjejer di etalasenya masing-masing. Bukan hanya itu,
tanda seru tiga kali, tanda tanya, emoticon senyum, dan gambar bunga yang
nyaris layu menghias beberapa kolom di sudut yang lain. Pemandangan yang kacau
menurut saya. Hehe
Seorang
kakak senior pernah beberapa kali beristirahat di kamar dan mendapati bucket
list saya dalam kondisi memprihatinkan seperti itu. Dia menasehati agar target
ataupun tugas yang sudah selesai dihapus saja agar bucket list itu sedikit
lebih bersih. Namun, saya menjawabnya dengan beberapa kalimat yang sedikit defensif.
Kakak senior cuma geleng-geleng kepala.
Sebenarnya,
saya menyukai bucket list yang penuh dengan coretan di sana-sini. Sebab coretannya
bisa berarti sebuah koreksi atau berarti sebuah pencapaian. Saya menyukai
koreksi dan pencapaian. Saya menyukai menyimpan mereka lama-lama dan memandanginya.
Sebab mereka adalah semacam pengingat untuk senantiasa bersyukur atas semua
kerja panca indera yang telah dilakukan.
Untungnya,
kakak senior saya tidak melihat bucket list yang lain. Padahal di sana, suasananya
sudah mirip hutan belantara. Sudah banyak pohon harapan yang tumbuh, lalu
dipangkas, lalu tumbuh lagi tunas dan ranting yang baru. Biarkan saja, sebab tidak
akan ada yang sulit bagi hati yang mau terus berusaha, kan?. Mari mencoret lagi
!
waaw..semangat salki ^o^/
ReplyDeleteSiap, kak Yun :)
ReplyDelete