Pagi-pagi,
langit sudah membingkai dirinya dengan selaput merah jambu yang lembut. Gingga
memandanginya dengan simpul senyum yang longgar. Tak kaku, seperti kerat roti
di samping cangkir kopinya, roti yang telah dioles dengan selai bertabur doa.
Bingkai langit membawa ingatannya pada sosok yang masih bertaut dalam
imajinya. Sosok yang dulu ada, lalu pergi dan meninggalkan jejak rindu yang dalam. Hingga bila tatapannya bertemu, maka tak ada debar berkepanjangan
selain debar di dua katub jantungnya.
Hari
ini sebuah kotak dari kayu mahogany siap diseberangkan ke sebuah negeri yang tak
bertuan. Kotak mahogany yang ia beri
aroma pagi dengan sedikit ukiran dari ampas kopi. Dalam diamnya, Gingga
berharap bahwa bila pun kotak mahogany tak sampai di seberang, setidaknya masih
ada langit yang dapat memantulkan pesannya. Setiap hari. Meski langit terkadang
balik mendiaminya dan membiarkannya menyimpul makna seorang diri.
Kalaulah
memang kotak mahogany ditakdirkan tak akan pernah bertemu muara di seberang
negeri sana, maka sungguh tak boleh ada harapan yang sia-sia. Ia harus tetap
tumbuh meski tak selalu disirami dengan air kesejukan. Sebab, barangkali
kemarau di negeri seberang lah yang akan membuatnya tegar.
Tentang
tegar, Gingga mengingat-ingat kumpulan rangkai huruf tentang karang dan ombak.
Sungguh mereka adalah kawan baik yang mempunyai banyak cerita tentang tegar.
Tegar yang hampir luput dalam ingatan Gingga. Kalaulah bukan karena karang dan
ombak, orang-orang akan mendapati Gingga sebagai jiwa yang kerdil.
Selepas
Gingga, kotak mahogany memulai ceritanya. Mencari negeri, menyusuri tempat demi
tempat. Lalu pada suatu ketika, ia menemukan sepasang sepatu lusuh tepat di
bawah jendela yang retak. Sepertinya ia telah menemukan sebuah jejak.
Kotak
mahogany melempar pandangannya dari balik luar jendela. Di dalamnya, sosok
yang bertaut dalam imaji sedang mengepak sebuah benda yang ia ikat dengan tali
kuat-kuat. Langit cerah. Kotak mahogany menerima pantulan itu. Perlahan ia
secerah langit yang menaunginya. Tak lama lagi, ia akan mengirim kabar pada Gingga.
Janjinya utuh. Kabar penemuan kembali sosok yang Gingga rindukan.
Perkenalkan, ia adalah teguh yang menjulang.
No comments:
Post a Comment
Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')