![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTA9tUXjo994BOaajANOUaMiW9XkpKXwrY_n38HGadXvnQXbGOT0i_oYjzx0-vmj-wPTt3MZN2ji4GCnGp8vX0rwOp7DnJ3XH6rx1MDcZxZZeA4HmCyYgPV4LjIOqkhJnNqXOeuT6X6qZc/s400/Lauren-Mcglynn-31.jpg)
Banyak
orang yang memilih hidup dalam gelap. Katanya, “dalam gelap, kita bisa melihat
cahaya jauh lebih terang”. “Lalu menikmatinya”.
Itu
benar.
Tapi
mungkin kita lupa bahwa di dalam gelap, kita nyaris tak bisa melihat diri kita
sendiri.
Meski
lewat cermin yang menampung beban egosentris kehidupan.
Kita manusia. Bukanlah kunang-kunang dengan
sayap-sayap cahayanya.
Bukan
pula bintang yang paten memancarkan cahayanya sendiri.
Kita adalah
para pengemis cahaya. Yang tak bisa sekedar melihat lalu menjadi penikmat.
Dan
cahaya itu bernama iman yang senantiasa terpancar
dari dalam dada.
Bergerak,
menuju plot yang menanjak. Meski tak selalu linear dalam perjalanan.
Semoga
kamu memahaminya.
Dan aku
senantiasa mengingatnya.
Agar
kita, bisa menebari hikmah. Bukan sekedar sumpah serapah.
Lalu
hilang tanpa bekas arah.
No comments:
Post a Comment
Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')