Thursday, December 3, 2020

Qadama dan Bau Baju Ibunya


Air minum itu diteguk sampai habis. Qadama menyimpan gelas, mengusap bibirnya, lalu kembali berlari menuju teman-teman sepermainannya. Rambut curtain-nya terbang-terbang. Pelan-pelan memperlihatkan dahinya yang lebar. Meski demikian, Qadama tetaplah anak yang rupawan, setidaknya bagi ibunya. Seperti biasa, Qadama akan menghabiskan waktu selepas asar untuk bermain dengan teman-temannya. Ia belajar bersosialisasi, meski sedang pandemi.

Butuh waktu yang lama bagi Qadama untuk membangun kepercayaan dan kenyamanan kepada orang selain ibunya. Ia anak yang penuh dengan kehati-hatian dan cukup perfeksionis. Pernah suatu ketika ia diajak berenang dan Qadama hanya sibuk mengamati kolam hingga akhirnya pulang kembali ke rumah. Jangan pernah coba untuk merayu apalagi memaksanya, sebab Qadama tidak menyenangi hal itu. Namun jika ia mau, hatta ia mampu memberi kejutan di saat-saat yang tak terduga.

Qadama senang menyambut senja bersama teman-temannya, lalu kembali ke rumah menikmati malam-malam yang panjang.  Di selasar sadarnya, Qadama perlahan menyelami mimpi-mimpinya lewat bau baju ibunya yang hangat. Jikapun telah dewasa kelak, semoga tetap menjadi tempat kepulangan yang selalu dirindukan.

Wabah bisa saja menjarah semuanya satu per satu. Tapi tidak dengan kelekatan. Justru ia haruslah tetap dikuat-kuatkan.


No comments:

Post a Comment

Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')