Rasulullah
berjalan ke bak air, berwudhu dengan sedikir menuangkan air, kemudian mendirikan
shalat, lalu menangis. Air matanya mengalir ke dadanya. Tidak henti-hentinya
beliau menangis hingga Bilal mengumandangkan adzan Subuh. “Wahai Rasulullah, apa yang menjadikan engkau menangis sedangkan Allah
telah mengampuni dosa-dosamu?”. Tanya Aisyah. Maka Rasulullah dengan lembut
berkata,”Apakah tidak selayaknya jika aku
menjadi hamba Allah yang banyak bersyukur?”.
Sebuah potongan
kisah tatkala Aisyah ditanya oleh seorang sahabat perihal apa yang paling
berkesan baginya selama hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kisah
yang bukan sekedar haru biru atas kerinduannya kepada Rasulullah. Siang dan
malam adalah rentetan hari perjuangan bersama Rasulullah. Indah, meski
terkadang melelahkan. Kisah yang dituturkan Aisyah, adalah serangkaian makna
tentang bagaimana Rasulullah menyikapi masa lalu dan masa depan. Adalah pelajaran
yang sangat mahal bagi siapapun yang hendak meniti jalan kemuliaannya.
Tangis Rasulullah
adalah cermin bagi kita. Bila Rasulullah yang dosanya telah diampuni, masa
lalunya bersih dan masa depannya cemerlang masih menghadap Allah dalam
tangis-tangis panjang, bagaimana dengan diri kita?. Betapa kita sangat perlu
menambal dan mereparasi kesalahan-kesalahan kita di masa lalu. Ada sisi yang
harus kita benahi. Tetapi tetap saja ada sisi lain yang harus kita syukuri. Kita
lahir, tumbuh dan menjadi dewasa, bisa merasakan berbagai hal dengan hati,
pikiran, perasaan, juga dengan panca indera kita. Jikapun bergunung syukur yang
kita panjatkan, sejujurnya tidak akan pernah sebanding dengan gugusan nikmat
itu.
Tangis Rasulullah,
adalah dimensi perbaikan bagi kita, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin. Apa yang telah dan akan terjadi adalah rantai panjang yang setiap mata
rantainya hanya hadir sekali, kecuali sebuah kemiripan yang baru yang berulang,
namun tidak akan sama persis. Dalam sisa umur yang entah berapa, tidak ada yang
lebih indah dari merasakan manisnya iman bersama dengan orang-orang yang saling
mendukung, saling menjaga, saling mengingatkan, dan saling menyayangi dalam
bingkai syukur dan ampunan, dalam rangka ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Seperti
tangis Rasulullah itu. seperti kenangan Aisyah itu. :)
No comments:
Post a Comment
Menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka :')