Saya sering “iseng” membuka random ayat Al-Qur’an
ketika sedang bingung. Berharap bahwa ketika saya membuka lembar
demi lembar firman Allah itu, saya –paling tidak- menemukan perihal yang saya butuhkan. Beberapa
kali saya “gagal”, beberapa kali pula saya seperti dianugerahi langsung sebuah
petunjuk, jawaban, kata kunci, password, atau semacamnya. Anugerah itu
terpecah-pecah dalam beberapa situasi.
Suatu ketika selesai shalat, saya berdoa agar
kiranya Allah memberi saya petunjuk.
Lalu, saya membuka random ayat Al-Qur’an seperti biasanya. Takdir Allah,
saya diarahkan ke QS.Hud ayat 47 yang artinya,
“Dia (Nuh)
berkata, Ya Tuhanku sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon
kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui pengetahuan (hakikatnya) tentangnya.
Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku,
niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi”.
Saya tersenyum, bergetar, dan merasa sebagai
makhluk yang paling dicintai-Nya. Entah ini disebut sengaja atau tidak, saya
menemukan do’a Nabi Nuh yang penuh dengan aroma kepasrahan kepada Sang Khalik. Ternyata,
ini adalah do’a yang memang dianjurkan ketika kita memohon sesuatu kepada
Allah, sementara kita sendiri tidak mengetahui perkara apa saja di sebalik do’a-do’a
kita. Kembali lagi, yang kita sangka baik belum tentu demikian adanya. Pun sebaliknya.
Maka do’a ini adalah benteng perlindungan dari do’a-do’a yang dipanjatkan.
Yang saya ingat, saya juga pernah menemukan sebuah
ayat dari manifestasi kegelisahan. Kewajiban untuk menyetorkan hafalan setiap
pekan tidak jarang membuat saya geleng-geleng kepala, apalagi ketika
pekan-pekan tersebut sangat hectic bagi saya. Daya ingat semakin menurun,
sementara kewajiban menambah hafalan Al-Qur’an semakin bertambah. Hehe. Lalu sejenak
ketika membuka Al-Qur’an, jreng, jreng,
bertemulah saya dengan ayat keren ini:
“Maka Maha
Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad)
tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan
katakanlah “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku”. (QS.Thaha:114)
Ashababun Nuzul QS.Thaha ayat 114 dari Al-Qur’an
yang sama:
Suddi
menyatakan, bahwa ketika Jibril datang menyampaikan wahyu, Rasulullah selalu
berusaha keras menghafalkan wahyu tersebu. Upaya ini dilakukan karena Rasul
khawatir belum menghafal wahyu tersebut jika Jibril kelak datang kembali. Oleh
karena itu, turunlah ayat ini sebagai peringatan agar beliau tidak terburu-buru
menghafalkan wahyu sebelum wahyu selesai diturunkan. (HR. Ibnu Abu Hatim).
Rasulullah ternyata pernah mendapat peringatan langsung dari
Allah agar tidak tergesa-gesa menghafalkan wahyu. Apalagi kita yang
kemampuannya jauh di belakang Rasulullah. Saya pernah mendapat tambahan nasehat
dari guru tahsin saya terkait ayat ini, bahwa manusia janganlah tergesa-gesa
dalam membaca dan menghafalkan ayat Al-Qur’an. Kesabaran dalam mempelajarinya
adalah hal yang sangat penting. Namun, ini bukan pembenaran agar kita
malas-malasan mempelajarinya. Jika orang yang bersungguh-sungguh saja masih
mengalami kesulitan, bagaimana dengan yang bermalas-malasan? . Mempelajari Al-Qur’an
(menghafal, memaknai, mengaplikasikan) adalah pekerjaan seumur hidup, sebab
seluruh proses tersebut harus diulang-ulang agar betah bersama dengan diri
kita. Dan tentu, hanya orang-orang yang bersabar yang mampu melakukannya.
Masyaa Allah, sejak mengalami beberapa kali hal
yang sama, saya mulai menandai mushaf Al-Qur’an saya dengan stiker berwarna
agar sewaktu-waktu ketika saya mencari ayat tersebut, saya mudah menemukannya
kembali. Hal ini juga sangat membantu orang yang sering lupa seperti saya. Maka jadilah mushaf Al-Qur’an saya seperti pelangi, berjejer dengan
sangat apik stiker warna-warni di salah satu sisinya. Jujur, stiker-stiker itu juga semacam pengingat agar saya rajin membukanya.
Intinya, sungguh manusia tempat berkumpulnya permasalahan-permasalahan.
Dan kita seringkali terlampau jauh mencari solusi dan jawaban. Padahal, mereka
dekat saja. Hanya perlu kelapangan hati untuk membuka dan menyelami Kalam-Nya
:’)
Sangat menginspirasi... lanjut gan :)
ReplyDeleteAkh, membacanya tulisan ini, membuatku malu. Ketika banyak orang yang telah merasakan harumnya bunga yang bermekaran di pagi hari, saya masih mempersiapkan lahan untuk ditanami bunga.
ReplyDeleteTulisan yang syarat akan inspirasi dan motivasi. Membuatku semakin rajin dan tekun untuk memandangi bulan di setiap malam. :)
Salut.
Postingan yang membikin hati teduh. Terima kasih Kak, sudah sharing. :)
ReplyDelete