Langit
di atas memang masih gelap, tapi semburat warna kemerahan memberikan tanda
bahwa hangat mentari akan segera tiba. Maka kita, bersiaplah menyambutnya
dengan wajah yang ceria. Kita selalu diajarkan bahwa mentari memberi kita
nikmat syukur yang banyak. Nikmat syukur bahwa kita masih hidup dan masih
berdiri di atas pijakan kaki-kaki kita. Pijakan yang menopang kuat di atas bumi
untuk kemudian digunakan menelusuri tempat demi tempat, untuk sebuah perbekalan
menuju tempat selanjutnya.
Mentari.
Tentu saja ia berbatas. Suatu ketika ia muncul dengan gagahnya. Suatu ketika
yang lain, ia harus menyadari bahwa sudah sampailah batas sinarannya. Malam pun
hadir menggantikannya. Esok, bisa jadi ia akan kembali lagi dengan sinar yang
baru. Kembali menghangatkan, kembali menghidupkan jiwa-jiwa dari tempat
pembaringannya. Tapi esok, belum tentu seperti itu, kawan. Bisa saja mentari
tidak akan muncul lagi. Tidak ada sinarannya lagi.
Di
bawah mentari, ada manusia yang saling bertemu. Mengucap salam, menebar senyum,
bertegur sapa, berbincang hangat, namun seringkali juga hanya saling diam saja.
Beberapa di antara mereka ditakdirkan hanya bertemu sekali itu saja lalu
berpisah. Selesai. Beberapa yang lain ditakdirkan bertemu dua, tiga, sampai tak
terhingga kalinya sehingga perpisahan hampir tidak ada artinya. Toh, mereka
akan bertemu lagi.
Suatu saat ketika manusia itu akan pergi, mungkin cukup bagimu hanya dengan
menatapnya dari balik punggungnya. Namun ketahuilah, bahwa manusia itu sama halnya
dengan mentari. Ia berbatas. Akan ada masa ketika menatapnya pergi tak cukup
membuatmu tenang. Ya, kau harus mengejarnya. Sekarang atau tidak sama sekali.
Sebab yang berbatas, seringkali hendak menghadiahkan sebuah penyesalan, berujung kesakitan.
Tetap teduh saja rumah sebelah sini hehe.
ReplyDeleteApa kabar teh Salki lama tak berkunjung kesini. Semoga sehat selalu :D
Alhamdulillah pangestu, kang Asep yg kasep :D
DeleteMembaca paragraf terakhir hingga berulang-ulang belum juga membuatku mengerti. Bukankah matahari itu pasti akan kembali menyinari tanpa henti. :)
ReplyDeletePasti akan kembali menyinari tanpa henti? Masa? Ada malam. Juga ada hari akhir :))
DeleteMatahari meminjam rembulan untuk menyampaikan sinarnya ke bumi. :) Hari akhir adalah masa transisi menuju hari kebangkitan, dimana pada saat itulah dimana kita dan matahari terasa sangat dekat. :)
Deletekalau berkenan, follow blog sy jga ya kak :)
ReplyDeletehttp://zakinahrizky-r.blogspot.com/
arigatou..
Nice blog you have, keep posted!
ReplyDelete